Alya dan Reza adalah pasangan yang terkenal romantis. Mereka sudah menikah lebih dari lima tahun, tapi gairah di antara mereka tak pernah pudar—justru makin liar. Salah satu rahasia mereka: selalu terbuka dengan fantasi, bahkan yang paling ekstrem sekalipun.
Pada suatu akhir pekan, Alya merasa tubuhnya pegal karena terlalu lama duduk bekerja. Reza, yang tak ingin istrinya kelelahan, menghubungi seorang tukang pijat pria berpengalaman bernama Yoga—berbadan atletis, tangannya kuat, dan wajahnya pun tak kalah menawan.
Ketika Yoga tiba malam itu, suasana kamar sudah dibuat hangat. Lampu temaram, aroma terapi menyebar pelan. Alya berbaring, mengenakan kimono tipis, sementara Reza duduk di sisi tempat tidur, menyaksikan dengan tenang.
Sentuhan awal Yoga terasa profesional. Tapi semakin lama, desahan lembut Alya menggema. Reza menggenggam tangan istrinya, lalu berbisik di telinganya, “Kalau kamu nyaman… nikmati saja.” Alya menoleh sejenak, lalu mengangguk.
Gerakan Yoga mulai lebih berani, menyusuri lekuk tubuh Alya dengan sentuhan penuh kendali. Ketika Reza bergabung di sisi lain tubuh istrinya, suasana berubah drastis. Kini, dua pasang tangan memanjakan Alya. Ia berada di tengah, dimanjakan, dirayakan.
Malam itu tubuhnya dimiliki dua pria secara bergantian, dengan rasa hormat dan gairah yang selaras. Tak ada kecanggungan—semuanya terjadi atas dasar persetujuan dan komunikasi yang matang.
Yang membuat semuanya begitu menggoda adalah: mereka tidak buru-buru. Tidak ada yang kasar. Hanya alunan irama tubuh, suara napas berat, dan keintiman yang tidak bisa dibeli oleh siapa pun.
Setelah semuanya selesai, mereka bertiga duduk di sofa kamar, masih terbungkus handuk dan peluh. Tak ada kata yang perlu diucapkan. Senyuman mereka cukup untuk mengisyaratkan bahwa malam itu… adalah malam yang tak akan pernah terlupa.
