counter free hit invisible
Sun. Nov 9th, 2025

Sore itu, hujan turun perlahan. Rina baru saja selesai mandi saat suaminya, Dimas, duduk di tepi ranjang sambil menatapnya dalam diam. Ada sesuatu di matanya yang berbeda malam itu—bukan cemburu, bukan marah, tapi antusiasme yang menggoda.

“Aku pengin coba sesuatu,” katanya pelan.

Rina menoleh, masih membalut tubuh dengan handuk. Dimas mengajaknya duduk, dan perlahan menjelaskan sebuah fantasi yang selama ini ia simpan. Ia ingin melihat Rina disentuh oleh pria lain—bukan karena cinta, tapi sebagai bagian dari permainan mereka. Sebuah eksperimen liar dalam batas kepercayaan.

Rina terdiam. Tapi dalam hatinya, ada rasa penasaran yang lama terpendam. Malam itu, mereka sepakat memanggil Andre, tukang pijat yang biasa menangani Rina. Laki-laki itu bertubuh kekar, sopan, dan tidak banyak bicara.

Lampu kamar diredupkan. Aroma terapi mengisi ruangan. Rina berbaring, sementara Dimas duduk di kursi, mengamati dengan dada berdegup. Andre mulai dengan gerakan lembut, dari pundak, turun ke punggung, lalu menyentuh bagian-bagian yang jarang disentuh pria lain.

Awalnya terasa seperti pijat biasa. Tapi saat Rina mulai melenguh pelan dan menggenggam seprai, Dimas tahu bahwa ini bukan malam biasa. Ia tidak menghentikan Andre. Sebaliknya, ia justru mendorong batas, membiarkan situasi berkembang lebih jauh.

Tubuh Rina menegang, lalu mengendur dalam pasrah. Sentuhan Andre berpadu dengan bisikan Dimas yang semakin panas. Malam itu, mereka bertiga masuk ke dalam dimensi baru—bukan sekadar nafsu, tapi keberanian membuka fantasi terdalam.

Dan saat semuanya usai, Rina berbaring di pelukan Dimas, dengan tubuh masih bergetar, tapi hati dipenuhi kelegaan. Tak ada rasa bersalah. Hanya kejujuran, kepuasan, dan kedekatan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.